Selasa, 12 April 2016

BERCOCOK TANAM DUKU




Duku merupakan tanaman yang tergolong lama berbuah. Tanaman yang dikembangkan dari biji biasanya baru berbuah saat usia delapan tahun sampai 10 tahun. Supaya cepat berbuah, belakangan banyak petani melakukan perbanyakan bibit secara vegetatif dengan teknik okulasi, cangkok, dan sambung pucuk.
Lahar Mahdi merupakan pebudidaya bibit duku yang memilih teknik okulasi. Pebudidaya bibit asal Purworejo ini bilang, bibit hasil okulasi sudah berbuah dalam waktu lima tahun. Dalam teknik okulasi, Mahdi memperbanyak bibit menggunakan batang bawah yang berasal dari biji yang sudah berumur setahun. Kondisi bibit harus sehat dan ukurannya sebesar jari telunjuk. Sementara, batang atas yang akan ditempel dipilih dari cabang pohon induk yang besarnya seukuran bibit batang bawah.
Pilih cabang yang akan diokulasi kulitnya berwarna sudah hijau keabuan atau kecoklatan, dan mata tunasnya sudah menonjol atau terlihat pecah.  Dalam waktu sekitar dua minggu hingga satu bulan, proses okulasi ini sudah menghasilkan akar baru. Setelah itu, tali balutan dibuka. "Kalau warna kulit okulasinya masih hijau, itu pertanda proses pembibitan berhasil," jelas Mahdi.
Sepuluh hari kemudian, batang di atas tempelan dipatahkan. Setelah mata tunas okulasi tumbuh setinggi 10 centimeter (cm) -20 cm, batang atas yang telah dipatah dipotong habis. Selanjutnya, bibit bisa di pindahkan ke dalam polybag yang lebih besar, lalu disemai selama tiga bulan hingga empat bulan, seperti halnya bibit cangkokan.
Pada usia itu, bibit duku diperkirakan sudah memiliki ketinggian sekitar 40 cm-50 cm. Bibit ini sudah siap dijual dengan harga sekitar Rp 12.500 - Rp 15.000 per bibit. "Selama proses okulasi, dibutuhkan perawatan yang intensif, seperti kadar cahaya dan air," ujar Mahdi. Eko Marwanto, pemilik CV Mitra Bibit di Purworejo memilih membudidayakan bibit duku secara vegetatif dengan sambung pucuk. Batang bawah menggunakan tanaman yang masih sekerabat. Sementara, calon batang atas menggunakan pucuk dari pohon tua yang unggul.
Eko bilang, metode sambung pucuk memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan okulasi. “Dengan metode sambung, duku bisa berbuah setelah empat tahun,” ujarnya. Proses sambung pucuk dimulai dengan pemilihan biji calon batang bawah. Eko biasanya memakai batang kokosan (L. domesticum var. domesticum). Selanjutnya, entres (batang atas) diambil dari tanaman duku dengan tingkat produktivitas tinggi, terutama dari pohon induk. “Proses pemeliharaan bibit hingga penyambungan sampai bisa dijual kira-kira 18 bulan,” kata dia.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar