Duku merupakan tanaman yang
tergolong lama berbuah. Tanaman yang dikembangkan dari biji biasanya baru
berbuah saat usia delapan tahun sampai 10 tahun. Supaya cepat berbuah,
belakangan banyak petani melakukan perbanyakan bibit secara vegetatif dengan teknik
okulasi, cangkok, dan sambung pucuk.
Lahar Mahdi merupakan pebudidaya
bibit duku yang memilih teknik okulasi. Pebudidaya bibit asal Purworejo ini
bilang, bibit hasil okulasi sudah berbuah dalam waktu lima tahun. Dalam teknik
okulasi, Mahdi memperbanyak bibit menggunakan batang bawah yang berasal dari
biji yang sudah berumur setahun. Kondisi bibit harus sehat dan ukurannya
sebesar jari telunjuk. Sementara, batang atas yang akan ditempel dipilih dari
cabang pohon induk yang besarnya seukuran bibit batang bawah.
Pilih cabang yang akan diokulasi
kulitnya berwarna sudah hijau keabuan atau kecoklatan, dan mata tunasnya sudah
menonjol atau terlihat pecah. Dalam
waktu sekitar dua minggu hingga satu bulan, proses okulasi ini sudah
menghasilkan akar baru. Setelah itu, tali balutan dibuka. "Kalau warna
kulit okulasinya masih hijau, itu pertanda proses pembibitan berhasil,"
jelas Mahdi.
Sepuluh hari kemudian, batang di
atas tempelan dipatahkan. Setelah mata tunas okulasi tumbuh setinggi 10
centimeter (cm) -20 cm, batang atas yang telah dipatah dipotong habis. Selanjutnya,
bibit bisa di pindahkan ke dalam polybag yang lebih besar, lalu disemai selama
tiga bulan hingga empat bulan, seperti halnya bibit cangkokan.
Pada usia itu, bibit duku
diperkirakan sudah memiliki ketinggian sekitar 40 cm-50 cm. Bibit ini sudah
siap dijual dengan harga sekitar Rp 12.500 - Rp 15.000 per bibit. "Selama
proses okulasi, dibutuhkan perawatan yang intensif, seperti kadar cahaya dan
air," ujar Mahdi. Eko Marwanto, pemilik CV Mitra Bibit di Purworejo
memilih membudidayakan bibit duku secara vegetatif dengan sambung pucuk. Batang
bawah menggunakan tanaman yang masih sekerabat. Sementara, calon batang atas
menggunakan pucuk dari pohon tua yang unggul.
Eko bilang, metode sambung pucuk memiliki
tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan okulasi. “Dengan metode sambung,
duku bisa berbuah setelah empat tahun,” ujarnya. Proses sambung pucuk dimulai
dengan pemilihan biji calon batang bawah. Eko biasanya memakai batang kokosan
(L. domesticum var. domesticum). Selanjutnya, entres (batang atas) diambil dari
tanaman duku dengan tingkat produktivitas tinggi, terutama dari pohon induk.
“Proses pemeliharaan bibit hingga penyambungan sampai bisa dijual kira-kira 18
bulan,” kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar