1.
|
SEJARAH SINGKAT
|
|
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas
termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak,
tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun.
Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’dan
‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong
(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi(Malaya),
Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao(China).
Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke China
dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa
pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas
bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai
sampai pegunungan di atas 1000 m dpl., baik liar maupun di tanam.
|
2.
|
JENIS TANAMAN
|
|
Tanaman talas mengandung asam perusi (asam biru atau HCN).
Sistim perakaran serabut, liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis
bermacam-macam. Umbi dapat mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk selinder atau
bulat, berukuran 30 cm x 15 cm, berwarna coklat. Daunnya berbentuk perisai
atau hati, lembaran daunnya 20-50 cmpanjangnya, dengan tangkai mencapai 1
meter panjangnya, warna pelepah bermacam-macam. Perbungaannya terdiri atas
tongkol, seludang dan tangkai. Bunga jantan dan bunga betina terpisah, yang
betina berada di bawah, bunga jantan di bagian atasnya, dan pada puncaknya
terdapat bunga mandul. Buah bertipe buah buni. Bijinya banyak, bentuk bulat
telur, panjangnya ± 2 mm.
Berbagai jenis talas terdapat di daerah Bogor adalah Talas Sutera, Talas
Bentul dan Talas Ketan. Talas Sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda
dan dan berbulu halus seperti Sutera. Di panen pada umur 5-6 bulan. Umbinya
kecoklatan yang dapat berukuran sedang sampai besar. Talas Bentul memiliki
umbinya lebih besar dengan warna batang yang lebih ungu di banding Talas
Sutera. Talas Bentul dapat dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi
yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda kekuning-kuningan. Talas
Ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di Bogor dikenal pula jenis talas
yang disebut Talas Mentega (Talas Gambir/Talas Hideung), karena batang dan
daunnya berwarna unggu gelap.
Jenis talas lain biasanya tidak di kosumsi karena rasanya tidak enak atau
gatal. Contohnya adalah Talas Sente yang berbatang dan berdaun besar, banyak
digunakan untuk pajangan dan daunnya sering digunakan untuk makanan ikan.
Sedang talas Bolang memunyai rasa yang gatal, dengan batang dan daun yang
bertotol-totol.
|
3.
|
MANFAAT TANAMAN
|
|
Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan
makanan tambahan. Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak
dan vitamin.
Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya banyak
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi
dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara
langsung maupun setelah difermentasi. Tanaman ini mempunyai keterkaitan
dengan pemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan
yang agak berair sampai lahan kering.
|
4.
|
SENTRA PENANAMAN
|
|
Di Indonesia tempat pengembangan talas adalah Kota Bogor
dan Malang yang menghasilkan beberapa kultivar yang enak rasa umbinya.
Tingkat produksi tanaman talas tergantung pada kultivar, umur tanaman dan
kondisi lingkungan tempat tumbuh. Pada kondisi optimal produktivitas talas
dapat memcapai 30 ton/hektar.
|
5.
|
SYARAT PETUMBUHAN
|
|
5.1.
|
Iklim
a)
|
Talas tumbuh tersebar di
daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim sedang. Pembudidayaan
talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab (curah hujan tinggi)
dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah), tetapi ada kecenderungan
bahwa produk talas akan lebih baik pada daerah yang beriklim rendah atau
iklim panas.
|
b)
|
Curah hujan optimum untuk
pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm pertahun. Talas juga dapat tumbuh
di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan dan tumbuh sangat baik pada
lahan yang bercurah hujan 2000 mm/tahun atau lebih.
|
c)
|
Selama pertumbuhan tanaman
talas menyukai tempat terbuka dengan penyinaran penuh serta tanaman ini
mudah tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-30 derajat C dan kelembaban
tinggi.
|
|
5.2.
|
Media Tanam
a)
|
Tanaman talas menyukai tanah
yang gembur, yang kaya akan bahan organik atau humus.
|
b)
|
Tanaman ini dapat tumbuh pada
daerah dengan berbagai jenis tanah, misal tanah lempung yang subur
berwarna coklat pada lapisan tanah yang bebas air tanah, tanah
vulkanik,andosol, tanah latosol.
|
c)
|
Tanaman talas untuk
mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di tanah drainase baik dan PH
5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik untuk talas tetapi harus diberi
kapur 1 ton/ha bila PH nya di bawah 5,0.
|
d)
|
Tanaman talas membutuhkan
tanah yang lembab dan cukup air. Apabila tidak tersedia air yang cukup
atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman talas akan sulit
tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman ini ialah menjelang musim
hujan, sedang musim panen tergantung kepada kultivar yang di tanam.
|
|
5.3.
|
Ketinggian Tempat
Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl. Di Indonesia sendiri talas
dapat tumbuh di daerah pantai sampai pergunungan dengan ketinggian 2000 m
dpl, meskipun sangat lama dalam memanennya.
|
|
6.
|
PEDOMAN BUDIDAYA
|
|
6.1.
|
Pembibitan
Pembibitan tanaman talas dapat dilakukan dengan tunas atau umbi.
- Penyiapan Bibit
Pada umumnya pertanaman talas masih dijalankan secara tradisional,
dimana bibit yang berupa anakan, diperoleh dari pertanaman
sebelumnya. Bibit yang baik merupakan anakan kedua atau ketiga dari
pertanaman talas. Anakan tersebut setelah dipisahkan dari tanaman
induk, disimpan di tempat yang lembab, untuk digunakan pada musim
tanam berikutnya.
- Teknik Penyemaian Bibit
Penanaman talas sangat mudah dilakukan hanya memerlukan ketekunan
dan keterampilan sederhana. Pertama persiapkan bibit yang berasal
dari tunas atau umbi. Bila bibit diambil dari tunas, maka tunas itu
diperoleh dari talas yang telah berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua
dan dan ketiga. Bila bibit berasal dari umbi, sebaiknya dipilih
bagian umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dan tinggalkan satu
mata bakal tunas. Umbi yang diiris dianginkan dulu dan waktu
disemaikan lapisan bagian dalam irisan dilapisi abu. Baru setelah
berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah
sampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.
Pengaturan jarak tanam tergantung dari varietas dan ukuran tanaman.
Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m,
dengan jarak 45 cm di dalam baris.
- Pemindahan Bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan setelah tunas diperoleh dari talas
yang telah berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga.
Kalau bibit dari umbi, yaitu setelah umbi berdaun 2-3 lembar, umbi
siap ditanam pada tanah yang telah diolah sampai gembur, dengan
jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.
|
|
6.2.
|
Pengolahan Media Tanam
- Penyiapan Lahan
Di dalam pengolahan maupun penyiapan lahan, tanahnya harus gembur
dan lepas. Cara pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu pengolahan tanah setelah tanaman padi dan setelah tanaman
sayuran. Pengolahan tanah setelah tanam padi mulai dengan pembabatan
jerami. Jerami tersebut kemudian ditumpuk kemudian di bakar. Tanah
dibiarkan beberapa hari, baru kemudian dicangkul, dihaluskan dan
dibuat bedeng-bedengan danpemupukan dasar. Pengolahan tanah jika
talas di tanam setelah tanaman sayuran, dilakukan dengan menyiangi
gulma, mencangkul, membuat bedengbedengan dan pemupukan dasar.
- Pembentukan Bedengan
Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m,
sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan
dengan jarak 45 cm atau berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau
kombinasi yang lain.
- Pengapuran
Talas dapat tahan terhadap tanah basah tetapi tidak mendapatkan
hasil tinggi, tanah harus gembur dan lepas. Tanah yang bergambut
sangat baik, tetapi harus harus diberi 1 ton/ha kapur bila pH nya di
bawah 5,0.
- Pemupukan
Pemupukan talas dapat dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk
buatan seperti urea, TSP dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah
pupuk yang diberikan tidak banyak, cukup 2 sendok saja (untuk pupuk
buatan) dan dua genggaman untuk pupuk kandang untuk satu tanaman.
Setelah di pupuk, di atasnya kemudian ditambahkan tanah yang
dicampur dengan jerami.
|
|
6.3.
|
Teknik Penanaman
- Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30 cm atau 70 x 70 cm
atau 50 x 70 cm. Keragaman jarak tanam ini biasanya disesuaikan
dengan kondisi tanah dan keadaan musim. Penanaman di lahan sawah
cenderung menggunakan jarak tanam yang lebih rapat dari musim hujan.
Hal ini dikarenakan pada musim panas penyinaran cahaya matahari
dapat berlangsung sepanjang hari sehingga dengan jarak tanam yang
rapat pun kelembaban udara di sekitar tanaman tetap optimum. Jika
pada musim hujan digunakan jarak tanam yang rapat maka tanaman akan
kurang menyerap sinar matahari dan kelembaban di sekitar tanaman
menjadi tinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko serangan penyakit.
- Cara Penanaman
Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau bila
curah hujan merata sepanjang tahun. Cara penanaman bibit talas,
yaitu meletakkan bibit talas tegak lurus di tengah-tengah lubang,
kemudian ditimbun sedikit dengan tanah agar dapat berdiri tegak.
Penimbunan ini kira-kira 7 cm, sehingga lubang tanam tidak
seluruhnya tertutup oleh tanah.
|
|
6.4.
|
Pemeliharaan Tanaman
- Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan biasanya dilakuakn pada umur 1 bulan setelah tanam.
Penyiangan perlu dilakukan agar tanaman bebas dari gangguan gulma
yang dapat menjadi pesaing dalam penyerapan unsur-unsur hara. Untuk
memperoleh umbi yang besar dan bermutu maka perlu penyiangan
terhadap rumput-rumput liar di sekitar tanaman. Pembubunan perlu
dilakukan untuk menutup pangkal batang dan akarakar bagian atas agar
tanaman lebih kokoh dan tahan oleh terpaan angin. Pembubunan
dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
- Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah yaitu
mencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hektar. Sedangkan pemupukan
pertama dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam, yaitu dengan menggunakan
sebanyak 100 kg urea dan 50 kg TSP per hektar. Aplikasi pemupukan
yaitu dengan cara membuat lubang pupuk disamping lubang tanam 3 cm.
Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada umur tanaman 3 bulan dan
umur 5 bulan masing-masing menggunakan urea sebanyak 100 kg per
hektar. Aplikasi dapat dilakukan dengan membuat larikan disamping
baris tanaman sejauh 7 cm pada pemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada
pemupukan umur 5 bulan.
- Pengairan dan Penyiraman
Talas membutuhkan tanah
yang lembab dan cukup air. Sehingga bila tidak tersedia air yang
cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman talas akan
sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman talas ini ialah
menjelang musim hujan, sedangkan musim panen bergantung kepada
kultivar yang di tanam.
|
|
|
7.
|
HAMA DAN PENYAKIT
|
|
7.1.
|
Hama
a)
|
Serangga aphis gossypii
(Hemiptera: Aphididae)
Baik nimfa maupun dewasa yang bersayap dan tidak bersayap mengisap cairan
daun.
Gejala: daun menjadi agak keriting. Aphis mengeluarkan
cairan madu, yang dapat menarik semut. Serangga ini tersebar di seluruh
dunia kecuali di daerah dingin seperti di Siberia dan Kanada. Selain
talas hama ini juga menyerang melon, timun, labu-labuan serta kapas.
Pengendalian: dengan insektisida pada tanaman talas dinilai
kurang ekonomis, kecuali apabila tingkat serangan sangat tinggi pada
tanaman muda. Insektisida yang digunakan adalah carbaryl, diazinon
dimetoat dan malation cukup efektif untuk mengendalikan hama tersebut.
|
b)
|
Ulat heppotion calerino
(Lepidoptera: Sphingidae)
Gejala: ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat
memakan seluruh helai daun, bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah
daun juga, sehingga tanaman menjadi gundul. Selain talas ulat juga
merusak tanaman kacang hijau, ubi jalar dan gulam. Serangga ini tersebar
di negara-negara tropika dan sub tropika, Australia dan Pasifik.
Pengendalian: mengambil dan memusnahkan ulat tersebut.
Selain itu, karena kepompong berada di dalam tanah, maka pembajakan lahan
setelah panen dapat memusnahkan hama tersebut. Usaha pengendalian dengan
insektisida telah dilakukan di Papua Nugini yaitu dengan Carbaryl jika
kerusakan mencapai 50 %.
|
c)
|
Serangga agrius convolvuli
(kupu-kupu: Sphingidae)
Serangga ini tersebar di Afrika, Australia, Bangladesh, Burma, Cina
Selatan, Eropa Selatan, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru,
kepulauan-kepulauan di pasifik dan Papua Nugini (Anonymous, 1986). Ulat
yang berukuran a populasi yang tinggi, ulat juga makan tangkai daun
sehingga tanaman menjadi gundul. Selain tanaman talas ini juga merusak
kacang hijau, ubi jalar dan gulma (Kalshoven, 1931). besar sangat rakus
memakan daun. Defoliasi dimulai dari tepi daun.
Pengendalian: kepompong terbentuk di dalam tanah, maka
pembajakan tanah setelah panen dapat memusnahakan hama tersebut. Selain
itu pengambilan ulat dan memusnahkannya merupakan cara pengendalian yang
efektif untuk areal kecil. Usaha pengendalian dengan insektisida yang
efektif hendaknya dilakukan pada saat ulat masih kecil dengan carbaryl
0,2 % (Anonymous, 1986).
|
d)
|
Serangga tarophagus proserpina
(Hemiptera: Delphacidae)
Gejala: serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah
daun, sehingga warnanya berubah menjadi coklat. Serangga ini tersebar di
kepulauan Pasifik, Hawai, Indonesia, Philipina, Kepulauan Ryuku dan
Quensland.
Pengendalian: diintroduksikan sejenis pemangsa yaitu
Cyrtorthinus pulus atau dengan serangga yang dinilai efektif untuk
mengendalikan hama tersebut yaitu carbaryl, malation, dan tri-chlorform.
|
e)
|
Serangga bemisia tabaci
(Hemiptera: Aleurodidae)
Serangga ini tersebar di daerah tropika dan sub tropika. Nimfa dan
dewasanya di permukaan bawah daun, dan mengisap cairan daun.
Gejala: pada serangan yang berat daun menjadi kering,
pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Selain talas, B. tabaci
juga menyerang tanaman kedelai, ubi kayu, terungterungan dan
kacang-kacangan lain.
Pengendalian: menggunakan cabaryl, malation, dan
tri-chlorform.
|
f)
|
Ulat spodoptera litura
(kupu-kupu: Noctuidae
Gejala: daun yang terserang oleh kelompok ulat yang masih
kecil akan kehilangan lapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan,
dan akhirnya kering. Ulat yang lebih besar akan tersebar dan
masing-masing makan daun. Defoliasi yang di sebabkan ulat yang besar mirip
dengan kerusakan yang disebabkan oleh Agriusconvolvuli. Selain talas ulat
juga menyerang tanaman jarak, tembakau, tomat, jagung, ubi jalar, kubis,
cabe dan kacang-kacangan. Diantara inang tersebut, daun talas yang paling
disukai, oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai media pembiakan
massal ulat tersebut untuk tujuan penelitan.
Pengendalian: dengan insektisida dilakukan apabila
kerusakan telah mencapai 50 % dengan insektisida carbaryl dan dichorvos.
Selain itu monokrotofos, kuinalfos dan endosulfan juga efektif untuk
mengendalikan S. litura. Pengendalian lebih efektif jika dilakukan pada
saat ulat masih kecil.
|
g)
|
Serangga tetranychus
cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)
Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik-bintik
putih atau kuning, karena serangga tersebut mengisap cairan daun. Apabila
populasi sangat tinggi daun kelihatan memutih, kemudian layu dan mati.
Apabila diamati nampak banyak sekali tunggau yang berwarna merah terletak
di permukaan bawah daun. Tunggau disebarkan oleh manusia dan angin.
Pengendalian: pestisida azodrin, caerol, galecron,
plictron, omite dan trition. Galecron dan plictron mempunyai residu yang
panjang dan juga sebagai ovisida. Fungisida dapat juga untuk
mengendalikan tungau yaitu Du Ter dan benlate.
|
h)
|
Hepialiscus sordida
(kupu-kupu: Hepialidae)
Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis
tengah 5-10 cm, dan di isi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh
umbi terserang sehingga tinggal pangkal batangnya saja, sehingga tanaman
mudah di cabut. Tanaman yang terserang pertumbuhannya agak kurang tegar
dibanding dengan tanaman sehat. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini
cukup besar pada lahan kering. Serangan meningkat apabila petani
menggunakan pupuk kandang.
Pengendalian: belum ada.
|
|
7.2.
|
Penyakit
a) Penyakit hawar daun(Phytophtora colocasiae)
Gejala: terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian
membesar menjadi hawar. Bagian daun yang terserang mengering, pada serangan
berat seluruh daun mengering.
Pengendalian: menanam varietas tahan. Penyaringan klon-klon
merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan varietas.
|
|
8.
|
P A N E N
|
|
8.1.
|
Ciri dan Umur Panen
Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, tetapi ada yang
memanennya setelah berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang 4-5 bulan
sudah dapat dipanen; sebagai contoh: talas genjah masak cepat, talas kawara
5 bulan, dan talas lenvi dan talas dalam. Misalkan di kota Bogor ada talas
bentul, dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih
besar dan berwarna lebih muda dan kekuning-kunigan dan masih ada lagi
talas-talas lain, seperti: talas sutera yang dipanen pada umur 5-6 bulan,
yang umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat berukuran sedang sampai
besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor (talas mentega atau
talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).
|
8.2.
|
Cara Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon talas
dicabut dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari pangkal umbi serta
akarnya dibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah yang melekat.
|
8.3.
|
Periode Panen
Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab waktu panen
yang tidak tepat akan menurunkan kualitas hasil. Panen yang terlalu cepat
akan menghasilkan talas yang tidak kenyal dan pulen, sebaliknya jika panen
terlambat akan menghasilkan umbi talas yang terlalu keras dan liat. Talas
pada lahan sawah dirotasikan dengan tanaman padi dan jenis sayuran lainnya.
Tanaman padi ditanam satu atau dua kali pada saat musim hujan yaitu sekitar
bulan September sampai Januari. Pada musim kemarau (bulan Februari sampai
Mei) lahan sawah ditanami sayuran kemudian talas sampai bulan Desember atau
Januari.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar